Phobia merupakan suatu mekanisme
pelarian diri dari konflik-konflik bathiniah dari jiwa seseorang. Mungkin ada
sekitar 80 atau bahkan 100 macam phobia yang dikenal orang sekarang. Phobia-
phobia itu menyebabkan timbulnya ketakutan yang absurd dan tak masuk akal.
Biasanya phobia-phobia tersebut berhubungan dengan pengalaman-pengalaman yang
terpendam, yang ditekan dalam-dalam dan dilupakan.
PHOBIA DISEBABKAN OLEH
Sama
kayak jenisnya, ternyata penyebab phobia juga macem-macem. Analisa yang pertama
karena adanya faktor biologis di dalam tubuh, seperti meningkatnya aliran darah
dan metabolisme di otak. Bisa juga karena ada sesuatu yang nggak normal di
struktur otak. Tapi kebanyakan psikolog setuju, phobia lebih sering disebabkan
oleh kejadian traumatis kayak yang dialami Rachel Green tadi. Kabarnya nih,
beberapa hari setelah bom bali meledak para korbannya yang selamat, jadi phobia
sama api dan suara keras. Kejadian traumatis, seperti inilah yang jadi penyebab
phobia paling umum. Masih ada penyebab lainnya yang dianalisa oleh psikolog,
yaitu phobia juga bisa terjadi karena budaya. Seperti di Jepang, Cina dan
Korea, masyarakatnya takut banget sama angka 4 (tetraphobia) sedangkan di
Italia takut sama angka 17 yang dianggapnya angka sial! Memang nggak rasional,
tapi bener-bener terjadi.
Mungkin
seperti yg saya alami saat ini saya mengalami Acrophobia atau yg sering disebuat
takut ketinggian Pada umumnya saya yang mengalami acrophobia saya akan menolak
untuk naik ke tempat yang tinggi. Jika memang saya terpaksa naik ke tempat
tinggi maka biasanya saya akan sangat tegang, mengeluarkan keringat dingin,
wajah menjadi pucat, dan bahkan yang berbahaya saya tak akan bisa bergerak saat
saya merasa ketakutan.
Contoh Kasus
Andri adalah
murid salah satu sekolah dasar di Semarang, ia memiliki masalah ketidakmampuan
menjalin hubunga sosial yang baik dengan teman sebayanya dikarenakan terlalu
banyak bermain game online. Semakin berjalannya waktu dan ketidakmampuan Andri
untuk menyelesaikan masalah yang dihadapi, masalah Andri ini menjadi meluas.
Tidak hanya dengan teman-teman sebayanya tetapi juga dengan guru-guru pengajar.
Yang menjadi perhatian adalah ketika Andri berbicara dengan orang lain.
Tidak terfokus dengan lawan bicara, hanya tersenyum-senyum sambil menggerakkan
kepalanya dengan hitungan patah-patah seperti boneka kayu yang kaku dan
pandangan kosong lurus ke depan. Hitungan fokus untuk menatap lawan bicara
hanya kurang dari 6 detik dan fokus pada topik pembicaraan hanya kurang dari 9
detik. Pola seperti ini, terulang terus menerus ketika Andri dihadapkan pada
situasi yang mengharuskan dia untuk berkomunikasi dengan dua orang atau lebih.
Pola yang
terulang terus-menerus setiap kali berbicara dengan Andri,membuat teman-teman
sekelasnya menjauhi Andri. Bahkan ada seorang guru yang membentak Andri dengan
menggunakan kata “gendheng dan autis.” Masalah baru muncul. Andri tidak
hadir di sekolah sampai hampir 1 minggu. Menurut pengakuan ibunya, setiap
disuruh berangkat ke sekolah, badan Andri mendadak panas dan kakinya dingin
yang disertai dengan diare. Empat surat izin tidak masuk karena sakit dari
orang tua Andri, terdapat diatas meja kerja guru. Tiga kali diperiksakan ke
dokter oleh orang tuanya, tidak diketahui adanya penyakit berbahaya. Menurut
analisa dokter, sakitnya Andri dikarenakan Andri mengalami stres berat dan
ketakutan akan sesuatu. Kepada ibunya, Andri bercerita kalau dia takut
berhadapan dengan guru yang mengatakan dia gendheng dan autis. Sehingga membuat
dia takut berangkat ke sekolah.
Gejala yang
dialami oleh Andri, menunjukkan bahwa Andri terserang Phobia Sekolah. Menurut
Jacinta F. Rini, phobia sekolah adalah bentuk kecemasan yang tinggi terhadap
sekolah yang biasanya disertai dengan berbagai keluhan yang tidak pernah muncul
atau pun hilang ketika “masa keberangkatan” sudah lewat atau pada hari Minggu
atau hari libur. Phobia sekolah dapat sewaktu-waktu dialami oleh setiap anak
hingga usianya 14-15 tahun, saat dirinya mulai bersekolah di sekolah baru atau
menghadapi lingkungan baru atau pun ketika ia menghadapi suatu pengalandri yang
tidak menyenangkan di sekolah.
Cara
Mengatasi
a.
Terapi berbicara.
Perawatan ini seringkali efektif untuk mengatasi berbagai fobia. Jenis
terapi bicara yang bisa digunakan adalah:
1. Konseling: konselor biasanya akan mendengarkan permasalahan seseorang,
seperti ketakutannya saat berhadapan dengan barang atau situasi yang membuatnya
fobia. Setelah itu konselor akan memberikan cara untuk mengatasinya.
2. Psikoterapi: seorang psikoterapis akan menggunakan pendekatan secara
mendalam untuk menemukan penyebabnya dan memberi saran bagaimana cara-cara yang
bisa dilakukan untuk mengatasinya.
3. Terapi perilaku kognitif (Cognitive Behavioural Therapy/CBT): yaitu
suatu konseling yang akan menggali pikiran, perasaan dan perilaku seseorang
dalam rangka mengembangkan cara-cara praktif yang efektif untuk melawan fobia.
b. Terapi pemaparan diri (Desensitisation).
Orang yang mengalami fobia sederhana bisa diobati dengan menggunakan
bentuk terapi perilaku yang dikenal dengan terapi pemaparan diri. Terapi ini
dilakukan secara bertahap selama periode waktu tertentu dengan melibatkan objek
atau situasi yang membuatnya takut. Secara perlahan-lahan seseorang akan mulai
merasa tidak cemas atau takut lagi terhadap hal tersebut. Kadang-kadang
dikombinasikan dengan pengobatan dan terapi perilaku.
c. Menggunakan obat-obatan.
Penggunaan obat sebenarnya tidak dianjurkan untuk mengatasi fobia, karena
biasanya dengan terapi bicara saja sudah cukup berhasil. Namun, obat-obatan ini
dipergunakan untuk mengatasi efek dari fobia seperti cemas yang berlebihan.
Terdapat 3 jenis obat yang direkomendasikan untuk mengatasi kecemasan,
yaitu:
1. Antidepresan: obat ini sering diresepkan untuk mengurangi rasa cemas,
penggunaannya dizinkan untuk mengatasi fobia yang berhubungan dengan sosial
(social phobia).
2. Obat penenang: biasanya menggunakan obat yang mengandung turunan
benzodiazepines. Obat ini bisa digunakan untuk mengatasi kecemasan yang parah,
tapi dosis yang digunakan harus serendah mungkin dan penggunaannya sesingkat
mungkin yaitu maksimal 4 minggu. Ini dikarenakan obat tersebut berhubungan efek
ketergantungan.
3. Beta-blocker: obat ini biasanya digunakan untuk mengobati masalah yang
berhubungan dengan kardiovaskular, seperti masalah jantung dan tekanan darah
tinggi (hipertensi). Karena berguna untuk mengurangi kecemasan yang disertai
detak jantung tak beraturan
Tidak ada komentar:
Posting Komentar